http://jps.ui.ac.id/index.php/jps/issue/feedJurnal Psikologi Sosial2025-09-11T19:23:52+07:00Joevarian Hudiyana (Editor-in-Chief of JPS)jurnalpsikologisosial@ui.ac.idOpen Journal Systems<p><strong><span style="font-size: xx-large;">JURNAL PSIKOLOGI SOSIAL (JPS)</span></strong></p> <p>JPS is an open-access journal that publishes empirical research aimed at advancing our understanding of theoretical issues in the field of social psychology, especially within the context of Indonesian people. We accept both quantitative and qualitative research from a wide range of scholars, including Indonesian researchers and researchers outside of Indonesia. We focused on the investigation of social psychology for Indonesian people regardless of where they live and seek to develop social psychology as both basic sciences as well as applied science. JPS is published twice annually, in February and August.</p> <p>JPS is currently managed by the Faculty of Psychology, Universitas Indonesia, and the Indonesian Association of Social Psychology (Ikatan Psikologi Sosial – IPS). Originally, we published only the printed version of JPS. However, since 2017 we have officially published both the printed and the online versions of the articles. The articles of JPS between 2017 and 2018 have been processed and published on the old website (<a href="http://journal.ui.ac.id/index.php/jps" target="_blank" rel="noopener">http://journal.ui.ac.id/index.php/jps</a>) since 2019 we introduced the new website of JPS.</p> <p>________________________________________________________________________</p> <p>Nationally Accredited Journal: <strong>Grade 2 of SINTA</strong> (SK: 10/E/KPT/2019).</p> <p>ISSN Print: <a href="http://u.lipi.go.id/1180433191" target="_blank" rel="noopener">0853-3997</a></p> <p>ISSN Elektronik: <a href="http://u.lipi.go.id/1520500592" target="_blank" rel="noopener">2615-8558</a></p> <p>Email: <a href="mailto:jurnalpsikologisosial@ui.ac.id">jurnalpsikologisosial@ui.ac.id</a> or <a href="mailto:jurnal@ikatanpsikologisosial.org">jurnal@ikatanpsikologisosial.org</a></p> <p>Publisher: <a href="https://psikologi.ui.ac.id" target="_blank" rel="noopener">Faculty of Psychology Universitas Indonesia</a> and <a href="http://berita.ikatanpsikologisosial.org/index.php/jurnal/" target="_blank" rel="noopener">Indonesian Association of Social Psychology, HIMPSI</a></p> <p>Supported by: <a href="https://scholar.ui.ac.id" target="_blank" rel="noopener">Office for Research and Innovation Management (KPPRI), Universitas Indonesia</a></p> <p>Visit our old OJS: <a href="http://journal.ui.ac.id/index.php/jps" target="_blank" rel="noopener">old website</a></p> <p> ________________________________________________________________________</p> <p> </p>http://jps.ui.ac.id/index.php/jps/article/view/1511Catatan dari Chief Editor: Jalan panjang menuju keadilan sosial2025-09-01T21:27:49+07:00Joevarian Hudiyanajurnalpsikologisosial@ui.ac.id<p>Salam hangat,<br>Di tengah catatan ini dibuat, demonstrasi massa sedang terjadi untuk memprotes kenaikan gaji dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Diketahui<br>kenaikan gaji itu imbas dari tak tersedianya rumah dinas untuk tiap anggota DPR. Kenaikan ini mendapat respon negatif. Dosen<br>Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM, Nurhadi, Ph.D. menyatakan bahwa kebijakan kenaikan ini cenderung nirempati,<br>tidak peka terhadap krisis yang dihadapi masyarakat, serta buruknya komunikasi publik (Grehenson, 2025).</p>2025-09-01T00:00:00+07:00##submission.copyrightStatement##http://jps.ui.ac.id/index.php/jps/article/view/1515Catatan Managing Editor Memandang diri lewat pandangan orang lain: Catatan editorial tentang meta-prasangka2025-09-01T21:27:49+07:00Whinda Yustisiawhinda.yustisia@ui.ac.id<p>Pada bulan Oktober 2023, ketika saya masih tinggal di Chicago, Amerika Serikat, Idhamsyah Eka Putra, salah seorang peneliti psikologi sosial<br>terkemuka menghubungi saya dengan pesan teks yang cukup panjang. Walaupun pesan ini dikirimkan melalui pesan singkat, tapi isinya lengkap seperti proposal; terdiri dari pendahuluan, urgensi, dan rencana ke depan. Ia mengawalinya dengan menceritakan bahwa konsep meta-prasangka yang ia perkenalkan pertama kali tahun 2014 akan berusia 10 tahun. Untuk memperkuat keberadaan konsep ini, ia menawarkan Jurnal Psikologi Sosial membuat Edisi Khusus (Special Issue) tentang metaprasangka dan meminta saya sebagai salah satu tim editor. Tanpa berpikir panjang saya mengiyakan penawaran ini. Walaupun banyak peneliti psikologi sosial di Indonesia telah mempublikasikan artikel ilmiah belakangan ini, peneliti yang dengan serius memformulasikan, menguji, dan mempublikasikan ide konseptual baru dalam jurnal-jurnal internasional sangat<br>langka. Saya merasa usulan ini perlu disambut dengan baik dan didukung.</p>2025-09-01T12:29:50+07:00##submission.copyrightStatement##http://jps.ui.ac.id/index.php/jps/article/view/1516Komentar dan arah masa depan riset meta-prasangka dan pendekatan human nature2025-09-01T21:27:50+07:00Idhamsyah Eka Putraidhamsyah.eka@upi-yai.ac.id<p>This paper discusses the concept of meta-prejudice and the Human Nature approach, including the research conducted and the findings obtained. Starting from the idea of meta-beliefs, Putra developed the concept of meta-prejudice to examine prejudice and intergroup hatred. Unlike Putra (2014), Cahyaningtyas (2015) applied this concept to the realm of male-female relations, particularly in relation to the feminist movement. Furthermore, based on the belief of some lay people that humans are inherently good, Putra (Putra et al., 2018; 2022) developed the Human Nature approach, which is expected to reduce prejudice and intergroup hatred. Most empirical findings so far support this hypothesis. Adopting this concept, Syarif (2025) then examined it in the context of postnatal trauma in fathers. This paper specifically reviews the studies conducted by Cahyaningtyas and Syarif in more detail. In addition, this article also discusses the advantages and limitations of both the meta-prejudice concept and the Human Nature approach, and offers possible directions for further research that can be developed in the future.</p>2025-09-01T12:37:30+07:00##submission.copyrightStatement##http://jps.ui.ac.id/index.php/jps/article/view/1291Sisi lain hostile sexism: Hubungan negatif dengan metaprasangka pada diskriminasi terhadap perempuan feminis2025-09-01T21:27:50+07:00Vidya Ayu Cahyaningtyasvacahyaningtyas@gmail.comLaras Sekarasihlaras.sekarasih@ui.ac.id<p>Aksi kolektif yang dilakukan kelompok feminis menjadi salah satu cara yang ditempuh untuk melakukan perlawanan terhadap seksisme. Namun, identitas dan aktivitas feminisme membuat perempuan feminis menerima berbagai konsekuensi negatif, salah satunya dalam bentuk diskriminasi. Dengan adanya persepsi negatif terhadap perempuan feminis dalam masyarakat, studi ini berusaha menguji peran <em>outgroup meta-prejudice</em> dan <em>ingroup meta-prejudice</em> dalam memediasi hubungan antara <em>hostile sexism</em> dan diskriminasi kepada perempuan feminis. Menggunakan <em>cross-sectional survey </em>secara daring, terdapat 708 Warga Negara Indonesia (WNI) berusia minimal 18 tahun (<em>M</em><sub>usia</sub> = 26.38, <em>SD</em><sub>usia</sub> = 5.65) yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan konteks lingkungan kerja dalam mengukur diskriminasi kepada perempuan feminis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa <em>hostile sexism</em> tidak memprediksi diskriminasi kepada perempuan feminis secara langsung. Kami juga menemukan <em>outgroup meta-prejudice </em>dan <em>ingroup meta-prejudice</em> memediasi hubungan antara <em>hostile sexism</em> dan diskriminasi kepada perempuan feminis (<em>indirect effect</em>). Namun, asosiasi antara <em>hostile sexism</em> dengan kedua mediator terjadi secara negatif. Temuan ini memberikan gambaran berbeda mengenai peran <em>meta-prejudice </em>dalam konteks hubungan antara laki-laki dan perempuan.</p>2025-09-01T00:00:00+07:00##submission.copyrightStatement##http://jps.ui.ac.id/index.php/jps/article/view/1084Trauma pascakelahiran juga terjadi pada ayah?2025-09-01T21:27:50+07:00Akhmad Saputra Syarifakhmad.saputra.syarif@gmail.comJoevarian Hudiyanajoevarian91@ui.ac.id<p>Banyak studi memfokuskan pada trauma pascakelahiran yang dialami oleh Ibu. Akan tetapi posisi Ayah yang juga rentang terhadap trauma serupa seakan tidak banyak mendapat perhatian yang semestinya. Penelitian ini mencoba untuk mengangkat tema Ayah dengan trauma pascakelahiran menggunakan dua studi. Studi pertama ingin membuktikan klaim penulis bahwa terdapat perbedaan persepsi dan sikap prososial terhadap Ayah (Vs. Ibu) yang mengalami trauma pasca kelahiran. Ayah dihipotesiskan akan lebih sedikit mendapatkan bantuan dari pada Ibu dengan kondisi yang sama, serta penulis juga mengasumsikan <em>hegemonic masculinity </em>sebagai alasan dibalik fenomena tersebut. Sementara pada studi dua, penulis ingin memastikan kembali klaim tersebut, dan mengusulkan pendekatan <em>human nature </em>sebagai solusi dalam meningkatkan persepsi dan sikap utuk menolong Ayah dengan trauma pascakelahiran. Studi satu melibatkan 67 partisipan, dan pada studi dua melibatkan 215 partisipan. Desain penelitian eksperimen digunakan serta penulis juga memanfaatkan uji analisis <em>independent t-test</em> (studi 1) dan <em>mixed anova </em>(studi 2). Hasil penelitian ini menguatkan asumsi penulis bahwa <em>hegemonic masculinity </em>memiliki peran yang kuat terhadap persepsi yang timbul bahwa Ibu dengan trauma pascakelahiran lebih layak mendapatkan bantuan, dibandingkan dengan Ayah dengan trauma pascakelahiran. Serta tidak ditemukan perbedaan pada setiap kelompok <em>human nature </em><em>(</em><em>human is good vs. evil vs. neither good nor evil) </em>pada persepsi dan sikap menolong. </p> <p> </p> <p><strong>Kata kunci:</strong> <em>hegemonic masculinity, ayah dengan trauma pascakelahiran</em></p>2025-09-01T12:41:42+07:00##submission.copyrightStatement##http://jps.ui.ac.id/index.php/jps/article/view/842Gambaran perkembangan moral foundation pada laki-laki nonbeliever hingga usia emerging adulthood2025-09-01T21:27:51+07:00Nicholas Gabrielnicholassimon64@gmail.comHani Kumalahanikumalalukman@gmail.comIrwanto Irwantoirwanto@atmajaya.ac.id<p>This study applied narrative inquiry method with a life story approach and critical incident technique to understand and described the changes and development of moral foundation of male nonbelievers in Indonesia. The Moral Foundation Theory (MFT) was used as the framework of explanation. Five male nonbelievers aged 21-22 years participated in this study. The analysis was carried out by identification of important trajectories in the life of participants and select emerging themes for analysis. The findings indicated that nonbelievers still express each domain of moral foundation. Nonbelievers tend to be dominant in the care, fairness, liberty foundation compared to the loyalty, authority, and sanctity foundations. However, social context has a role for nonbelievers in applying a certain moral foundation into action. Parents played dominant roles in introducing and guarding the acceptable family morality from kindergarten to elementary school. Meanwhile, changes in beliefs, friendships and the use of media play a dominant role changing the moral foundation during middle school to college.</p>2025-09-01T12:50:47+07:00##submission.copyrightStatement##http://jps.ui.ac.id/index.php/jps/article/view/1351Pengembangan model kedekatan pertemanan berdasarkan resiprositas, kesetaraan dan dukungan2025-09-11T19:23:52+07:00Wina Auliawinaaulia@mail.ugm.ac.id<p>Individuals need close friends. How is close friendship developed? Generally, closeness in friendship can be developed and maintained if the relationship is equal and mutually supportive. The purpose of this research is to develop a model of friendship closeness, with reciprocity as the antecedent and equality and support as mediators. The participants in this research were 234 first-year students at Universitas Gadjah Mada. Data were collected by survey method. Closeness, reciprocity, equality and support were measured by Likert-like scales which met the criteria for psychometric property tests. Structural Equation Modeling (SEM) with four latent variables was applied to test the model’s fit with the data. The model of closeness in friendship which was developed by reciprocity and mediated by equality as well as support showed a good fit with the empirical data, as confirmed by strong parameter estimates. Some practical implications of this research are proposed.</p>2025-09-01T13:52:12+07:00##submission.copyrightStatement##http://jps.ui.ac.id/index.php/jps/article/view/1213Bagaimana netizen di Indonesia merespon konflik Israel-Palestina: Sebuah pendekatan topic modelling2025-09-01T21:27:52+07:00Rizal Kurniawanrizal.kurniawan@fip.unp.ac.idIndriyani Santosoindriyani@fpk.unp.ac.idAgitia Kurniati Asrilaagitiaasrila@fpk.unp.ac.id<p>Konflik Israel dan Palestina merupakan konflik terbesar yang terjadi di abad 21. Di indonesia, konflik ini membentuk sentimen tertentu pada suatu kelompok di kalangan netizen. Hadirnya internet dan media sosial mendorong netizen memiliki kebebasan untuk menyampaikan sentimen sehingga berpotensi menguatkan polaritas di tengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan bagaimana netizen di Indonesia merespon konflik Israel dan Palestina. Penelitian ini menggunakan pendekatan <em>text-mining</em> pada komentar video <em>podcast</em> di YouTube. Tahap awal peneliti mengekstrak komentar-komentar dari YouTube. Setelah itu peneliti melakukan pembersihan data melalui preses <em>tokenizing</em>, menghapus kata-kata yang tidak penting (<em>stopwords</em>) dan mengembalikan kata ke dalam bentuk dasar (<em>stemming</em>). Peneliti berhasil mendapatkan sebanyak 209.102 komentar yang sudah dibersihkan. Peneliti melakukan analsisis sentimen menggunakan pendekatan <em>lexicon</em> dari Valence Aware Dictionary and Sentiment Reasoner (VADER). Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar komentar netizen memiliki sentimen positif (45.28%). Sedangkan sentimen negatif ada sebanyak 27.72% dan netral sebanyak 27%. Selanjutnya peneliti melakukan analisis topic modelling untuk ke dua komentar yang memiliki sentimen positif dan negatif dengan menggunakan pendekatan <em>laten dirichket allication</em> (LDA). Peneliti menggunakan <em>software</em> Python versi 3.10.11 dengan bantuan modul gensim. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat enam topik untuk masing-masing komentar yang memiliki sentimen negatif dan positif. Topik untuk komentar yang memiliki sentimen negatif antara lain: Ketidakpahaman narasumber, kerumitan penjelasan narasumber, penyerangan yang dilakukan Israel terhadap Palestina, perebutan wilayah palestina oleh Israel, kelompok pro-Israel di Indonesia dan video YouTube yang bermasalah. Sedangkan untuk komentar yang memiliki sentimen yang positif memiliki topik: Emosional support, harapan untuk rakyat Palestina, pujian untuk narasumber, keingintahuan pada narasumber, kecerdasan narasumber dan berterima kasih kepada <em>podcaster</em>.</p>2025-09-01T00:00:00+07:00##submission.copyrightStatement##